Minggu, 23 Agustus 2009

Kenakalan Remaja

Tinjauan Psikologis tentang Remaja dan Permasalahannya

Oleh: DR. Marthen Pali, M.Psi.


Siapakah Anak dan Remaja itu?

Anak dan remaja adalah manusia yang masih di dalam perkembangannya menuju kedewasaan baik jasmani maupun psikisnya. Para ahli membagi masa perkembangan itu dalam beberapa tahap. Sebagai gambaran berikut ini tahap-tahap perkembangannya yang dikemukakan oleh Dr. J. Havighurst dan Badan Koordinasi Nasional Kesejahteraan Keluarga dan Anak-Anak (BKN-KKA).

a. Masa perkembangan menurut Havighurst:
umur 0 – 6 tahun : masa bayi dan prasekolah
umur 6 – 12 tahun : masa sekolah
umur 12 – 18 tahun : masa adolescent
umur 18 – 30 tahun : masa dewasa permulaan
umur 30 – 50 tahun : masa dewasa lanjut
umur 50 dst. : masa tua

b. Masa perkembangan menurut BKN-KKA:
umur 0 – 12 tahun : masa anak-anak
umur 13 – 17 tahun : masa remaja
umur 18 – 20 tahun : masa remaja menjelang dewasa
umur 21 dst. : masa dewasa

Sebagai pedoman untuk membahas perkembangan anak dan remaja yang perlu mendapat perhatian kita, perumusan BKN-KKA inilah yang dipakai. Dalam garis besarnya ciri-ciri psikologis empat masa perkembangan tersebut ialah sebagai berikut:

1. Masa anak-anak sebelum sekolah

Sifat-sifatnya suka meniru, mulai menghargai diri sendiri, mulai timbul sifat, naluri dan kemauan. Dalam masa ini diperlukan bimbingan dan pimpinan dari orangtua untuk menanamkan disiplin, budi pekerti dan kebiasaan yang baik kepada sang anak.

2. Masa anak-anak sekolah

Pandangannya mulai diarahkan keluar, ia mulai mengadakan hubungan dengan dunia luar, tidak bersifat egosentris lagi, mulai berpikir secara empirik, mulai kritis dan serba ingin mengetahui keadaan yang sebenarnya. Anak tenang, fantasi mulai bekerja sehingga ia mulai senang dengan petualangan. Sesuai dengan perkembangan jiwanya anak membuat keributan-keributan, mulai membentuk kelompok-kelompok wadah mereka sering melakukan perbuatan-perbuatan yang sebagian cenderung negatif.

3. Masa remaja

Mulai aktif dan energinya serba lengkap. Energi yang berlebihan menyebabkan sifat anak itu suka ramai, ribut, suka bertengkar, sering memamerkan kekuatan badannya, lincah dan berani, ingin menonjolkan dirinya ingin namanya dikenal orang lain. Ia menganggap tidak ada pekerjaan yang sulit baginya, ingin melepaskan diri dari kekangan orangtua, ingin berdiri sendiri, bersifat ambivalent. Sifatnya kadang-kadang destruktif, sering melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum/ norma dan sulit diatur.

4. Masa remaja menjelang dewasa

Masa remaja menjelang dewasa ini memiliki sifat-sifat menonjol yang perlu mendapatkan perhatian dari pihak orangtua dalam pembinaannya. Anak mengalami masa strum und drang atau masa rekonstruksi. Emosi anak dapat timbul dengan cepatnya sehingga menimbulkan kemauan-kemauan yang keras. Ia mulai sadar tentang dirinya sendiri dan ingin melepaskan diri dari segala bentuk kekangan dan berontak terhadap norma-norma yang berlaku tidak sesuai kehendaknya. Ia menunjukkan tingkah laku seolah-olah sudah dewasa, ia merekonstruksi dirinya sendiri. Dalam kebimbangan ia tidak mau dipimpin, karena itu masa ini dapat menimbulkan krisis. Ciri lainnya ialah penuh idealisme, memiliki daya khayal untuk mengidentifikasi dirinya dengan yang serba kuat dan hebat, cenderung melawan otoritas dan sering mengalami frustrasi.


Masalah Remaja

Dalam perkembangannya, anak atau remaja mengalami berbagai dorongan (wishes). Secara singkat dorongan-dorongan tersebut seperti diuraikan berikut ini.

- The wish for new experience, yaitu dorongan untuk mencari keajaiban dan dorongan untuk
mengetahui suatu hal yang sebenarnya.

- The wish for response, yaitu dorongan untuk mendapat jawaban atau balasan yang seksama,
ingin mendapatkan perhatian, ingin mencari teman dalam pergaulan dan sebagainya.

- The wish for security, yaitu dorongan untuk mencari rasa aman. Adapun dasar dorongan ini
ialah adanya rasa takut, ia ingin berbuat sesuatu untuk menghindari sesuatu yang ditakuti.

- The wish for recognition, yaitu dorongan untuk ikut ambil bagian, untuk ikut dalam kegiatan
- kegiatan kemasyarakatan.

- The wish to aid and serve, yaitu dorongan untuk memberikan pertolongan kepada orang lain,
ingin berjasa terhadap sesama warga masyarakat.

Apabila dorongan-dorongan tersebut tidak terpenuhi, dan karenanya menimbulkan perasaan tertekan, perasaan itu dapat mengakibatkan timbulnya tindakan-tindakan kenakalan atau perbuatan-perbuatan lainnya yang tidak diterima masyarakat. Jika dirumuskan secara sederhana, kenakalan adalah kelainan dalam tingkah laku serta perbuatan ataupun tindakan-tindakan yang bersifat asosial, dalam hal terdapat pelanggaran-pelanggaran terhadap norma-norma sosial-agama yang berlaku dalam masyarakat dan tindakan-tindakan pelanggaran hukum.


Bentuk kenakalan dalam perumusan tersebut dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu:

- Kenakalan yang tergolong pelanggaran atau kejahatan yang telah diatur dalam Kitab Undang
Undang Hukum Pidana (KUHP) atau undang-undang lainnya.

- Kenakalan yang tergolong pelanggaran norma sosial dan norma-norma lainnya, tetapi yang
belum/ tidak diatur dalam KUHP atau undang-undang lainnya, atau tingkah laku/ perbuatan
anak-anak yang cukup menyulitkan atau cukup tidak dimengerti orangtua maupun
masyarakat pada umumnya. Bentuk-bentuk kenakalan anak-anak yang dimaksud antara lain:
- suka menentang orangtua/ guru
- suka kluyuran tanpa tujuan yang jelas
- berpakaian yang tidak sopan (tidak diterima oleh masyarakat umum)
- sering membolos, tidak bersekolah
- pesta-pesta semalam suntuk
- suka membaca buku-buku atau menonton film cabul
- sering berkelahi, sering keluar malam yang tidak berguna
- suka ngebut, selalu minta uang kepada orangtua, mencoret-coret di jalanan/ tembok
- minum minuman keras, merokok di tempat umum sebelum batas umur yang ‘pantas’
- menjelekkan nama keluarga/ sekolah, sering bohong, dan lain-lain.


Faktor-faktor yang Berpengaruh

Terdapat dua faktor yang berpengaruh dan yang menimbulkan penyebab kenakalan anak/ remaja, yaitu faktor positif dan faktor negatif.

- Faktor-faktor positif, yaitu:
1. Masih diakuinya norma-norma agama, norma-norma sosial oleh sebagian besar anak/
remaja kita.
2. Masih adanya usaha-usaha ke arah penegakan norma-norma yang berlaku.
3. Ikatan-ikatan sosial-masyarakat masih memungkinkan adanya kontrol terhadap
pelanggaran-pelanggaran norma-norma.
4. Daya tahan terhadap pengaruh negatif masih relatif kuat.
5. Kemajuan teknologi yang terarah ke manfaat yang positif.
6. Dasar kehidupan masyarakat kita adalah Pancasila.

- Faktor-faktor negatif, yaitu:
1. Situasi sosial-politik yang kurang menguntungkan.
2. Kemungkinan adanya subversi mental lewat pengaruh film, penerbitan/ mass-media, obat
bius dan sebagainya.
3. Kemewahan yang berlebihan dan penghamburan uang.
4. Perkembangan teknologi yang belum seimbang dengan kesiapan mental rakyat untuk
menerimanya, dan sebagainya.


Sebab-sebab Kenakalan

Penyebab kenakalan dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu yang bersifat umum dan yang bersifat khusus.

Bersifat umum:
- Langsung: mencakup
a) kegagalan pendidikan yang dilakukan oleh keluarga/ guru dan masyarakat, penyebab
utama pihak keluarga;
b) kondisi sosial yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak
secara wajar.

- Tidak langsung:
1. faktor sosial-politik,
2. sosial-ekonomi,
3. masalah urbanisasi,
4. penyakit masyarakat,
5. kebudayaan/ teknologi/ kesehatan mental rakyat dan sebagainya, yang belum wajar dan
mempercepat timbulnya kenakalan anak.

Bersifat khusus:

1) Penyebab intern, perkembangan anak ditentukan oleh faktor-faktor intern atau
pembawaan, yaitu:
- Cacat lahir/ keturunan yang bersifat biologis/ psikis
- Pembawaan/ bakat yang negatif dan sukar untuk diarahkan/ dikendalikan
- Pemenuhan kebutuhan pokok yang tidak seimbang dengan kebutuhan anak
- Kurang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
- Pengendalian diri kurang terhadap hal-hal yang negatif, daya tahan lemah
- Tidak punya kegemaran yang sehat sehingga anak mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif

2) Penyebab ekstern:

· Dari lingkungan orangtua/ keluarga:
- Rasa kasih sayang yang tidak adil/ merata terhadap anak-anak
- Kelahiran yang tidak diinginkan orangtua yang bersangkutan
- Disharmoni dan broken-home dalam rumah tangga orangtua
- Kesibukan-kesibukan orangtua karena alasan ekonomi
- Kurang mengetahui cara-cara mendidik anak yang baik
- Kurang contoh/ teladan yang baik dari orangtua
- Kurang memberikan dasar pendidikan agama, mental serta disiplin dan tanggung jawab
oleh orangtua

· Dari lingkungan sekolah:
- Rasio guru-murid terlalu besar
- Kurangnya tenaga guru yang memenuhi syarat
- Biaya pendidikan yang cukup tinggi
- Kesibukan guru mencari tambahan penghasilan
- Peraturan yang sering berubah: kurikulum, metoda, dan sebagainya
- Kurangnya kerjasama guru dan orangtua murid
- Penilaian masyarakat/ orangtua yang kurang terhadap tugas-tugas guru, berakibat
mengurangi wibawa guru

· Dari lingkungan masyarakat:
Faktor-faktor:
- politik,
- sosial,
- ekonomi dan kebudayaan yang kurang menguntungkan perkembangan dan pertumbuhan
anak
- Pengawasan orangtua/ guru/ masyarakat masih kurang
- Kurang tempat penyaluran kegiatan remaja
- Kurang diikutsertakannya anak/ remaja dalam kegiatan kemasyarakatan
- Cara pendekatan terhadap anak/ remaja yang kurang tepat
- Kurang contoh/ teladan yang positif dari orangtua/ guru/ masyarakat, terutama oleh
pejabat/ penegak hukum
- Kurangnya penghargaan masyarakat terhadap prestasi anak yang positif


Pendekatan Masalah

Untuk mendekatkan masalah kenakalan yang telah dibahas pada suatu pemecahan yang tepat, maka kenakalan remaja itu hendaknya ditinjau dari subyeknya, kemudian baru kepada bentuk dan sifat perbuatannya.

Dipandang dari anak/ remaja sebagai subyeknya, anak atau remaja itu harus dilihat:
- sebagai individu yang berada dalam masa transisi meningkat ke dewasa,
- sebagai individu yang memerlukan dan berhak mendapat bantuan dalam masa
perkembangannya,
- sebagai individu yang menderita atau setidak-tidaknya mengalami kelainan-kelainan
perkembangan,
- sebagai individu yang mengalami kegagalan dalam proses pendidikan dan pemeliharaan/
pembinaan,
- sebagai individu yang menjadi korban perubahan-perubahan sosial, terutama akibat
perkembangan teknologi yang kurang tepat penggunaannya.

Dipandang dari segi kenakalan itu sendiri, harus dilihat:
- sebagai manifestasi gejala-gejala perubahan atau gerak sosial yang negatif,
- sebagai manifestasi kehendak buruk yang mendapat kesempatan ke arah perbuatan nakal,
- sebagai tingkah laku di luar kemampuan pengendalian diri anak itu sendiri,
- sebagai penyakit yang diderita anak/ remaja,
- sebagai pelanggaran atau kejahatan yang belum atau tidak dapat ditindak seperti orang
dewasa yang melakukan pelanggaran atau kejahatan,
- sebagai kejadian-kejadian yang pada umumnya lebih menonjol di kota-kota besar.

Mengingat hal-hal tersebut, maka seyogyanya anak/ remaja yang melakukan kenakalan itu diperlakukan:
- sebagai individu yang belum dewasa,
- secara edukatif, psikologis dan penuh rasa kasih sayang,
- secara hukum, dengan pengertian bahwa hukuman terhadap anak/ remaja itu bukan
merupakan balas dendam, tetapi justru diusahakan untuk memberikan kepastian, jaminan
dan perlindungan hukum terhadap individu yang sedang dalam perkembangan meningkat
dewasa,
- keseluruhan pendekatan terhadap masalah harus bersifat umum dan menyeluruh serta
senantiasa memberikan manfaat bagi tindakan yang berdasarkan latar belakang persoalan,
- kedudukan individu serta bentuk dan sifat tingkah laku anak/ remaja itu,
pendekatan-pendekatan khusus dilakukan terhadap bentuk-bentuk kenakalan yang bersifat
khusus, seperti: psikopat, sadism, pecandu narkotik, kenakalan seksual, dan sebagainya.


Remaja yang Berfungsi Sepenuhnya

Menurut Rogers, kepribadian remaja yang sehat adalah kepribadian yang berfungsi sepenuhnya, yang memiliki sifat seperti berikut ini:

- Pertama, Keterbukaan pada Pengalaman. Seseorang yang tidak terhambat oleh syarat-syarat
penghargaan bebas untuk mengalami semua perasaan dan sikap. Tak satu pun yang harhus
dilawan karena tak satu pun yang mengancam. Jadi, keterbukaan pada pengalaman adalah
lawan dari sikap defensif. Setiap pendirian dan perasaan yang berasal dari dalam dan dari luar
disampaikan ke sistem syaraf organisme tanpa distorsi atau rintangan.

- Kedua, Kehidupan Eksistensial. Orang yang berfungsi sepenuhnya, hidup senuhnya dalam
setiap momen kehidupan. Setiap pengalaman dirasa segar dan baru, seperti sebelumnya tak
pernah ada dalam cara yang persis sama. Maka dari itu, ada kegembiraan karena setiap
pengalaman tersingkap.

- Ketiga, Kepercayaan terhadap Organisme Orang Sendiri. Prinsip ini mungkin baik dipahami
dengan menunjukkan kepada pengalaman Rogers sendiri. Dia menulis: “Apabila suatu
aktivitas terasa seakan-akan berharga atau perlu dilakukan, maka aktivitas itu perlu
dilakukan. Dengan kata lain, saya telah belajar bahwa seluruh perasaan organismik saya
terhadap suatu situasi lebih dapat dipercaya daripada pikiran saya.” Dengan kata lain,
bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar merupakan pedoman yang dapat diandalkan
dalam memutuskan suatu tindakan, lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional
atau intelektual.

- Keempat, Perasaan Bebas. Sikap kepribadian yang sehat ini sudah terkandung dalam
pembicaraan kita. Rogers percaya bahwa semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin
juga ia mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak. Orang yang sehat dapat memilih
dengan bebas tanpa adanya paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif
pikiran dan tindakan. Tambahan lagi, orang yang berfungsi sepenuhnya memiliki suatu
perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan
bergantung pada dirinya, tidak diatur oleh tingkah laku, keadaan atau peristiwa-peristiwa
masa lampau.

- Kelima, Kreativitas. Semua orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif. Mengingat
sifat-sifat lain yang mereka miliki, sukar untuk melihat bagaimana seandainya mereka tidak
demikian. Orang-orang yang terbuka sepenuhnya kepada semua pengalaman, yang percaya
akan organisme mereka sendiri, yang fleksibel dalam keputusan serta tindakan mereka adalah
orang-orang – sebagaimana dikemukakan Rogers – yang akan mengungkapkan diri mereka
dalam produk-produk yang kreatif dan kehidupan yang kreatif dalam semua bidang
kehidupan mereka. Tambahan lagi, mereka bertingkah laku spontan, berubah, bertumbuh
dan berkembang sebagai respon atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di
sekitar mereka.




Sumber :

D. Gunarsa, Singgih (Ed) (1986). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Gordon, Thomas (1975). P.E.T Parent Effectiveness Training, The Tested New Ways to Raise Responsible Children, New York: New American Library.

Jersild, A.T. & Alpern, G.D. (1972). The Psychology of Adolescence, New York: Macmillan.

____, (1972). Problema Kesehatan Jiwa Dewasa Ini, Malang: DKK Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

space iklan...